KASUS PADA ORGANISASI PELAYANAN SOSIAL
Tulisan saya kali ini memiliki kaitannya dengan tulisan saya yang sebelumnya yaitu “Organisasi Pelayanan Sosial”. Sekokoh apapun pohon pasti ada waktunya untuk tumbang. Begitu juga dengan halnya sebuah organisasi. Di tulisan ini akan membahas beberapa kasus yang mungkin timbul pada suatu organisasi, khususnya organisasi pelayanan social.
Layaknya organisasi pada umumnya, organisasi pelayanan social
ini di dalamnya pasti terdapat struktural kepengurusan, program kerja, serta
manajemen keuangan. Kasus yang terjadi pun dapat dipicu karena ketiga hal
tersebut.
Pertama, structural kepengurusan. Pembagian tugas perlu
dilakukan agar kegiatan internal serta eksternal dapat terkontrol dengan baik. Perlu
dilakukan pengaderan agar orang yang dipilih tersebut layak menjadi pemimpin
dan mampu membawahi partner kerjanya serta pandai memotivasi agar terjalin
hubungan yang baik antara atasan dengan bawahan. Pada jenis organisasi
pelayanan social berbentuk perkumpulan, kasus yang muncul tidaklah terlalu
kompleks karena perkumpulan merupakan organisasi dalam lingkup yang kecil. Biasanya
perkumpulan terbentuk dari sekolompok orang yang sudah saling kenal dekat yang
juga memiliki visi dan misi yang sama sehingga komunikasi serta interaksi antar
sesama tidak ada sekat. Berbeda dengan yayasan. Yayasan merupakan bentuk lain
dari organisasi pelayanan social. Ruang lingkup atau cakupan dari yayasan ini
cukuplah luas sehingga memicu konflik yang kompleks di dalamnya. Biasanya kekuasaan
pemimpin diberian kepada para senior yang sudah memiliki pengalaman lebih
banyak sedangkan para pelaksana diberikan kepada para junior. Dari sinilah
terlihat adanya jarak antara atasan dengan bawahan sehingga rasa kekeluargaan
satu sama lain tidak muncul. Perbedaan pikiran pun kerap terjadi karena
perbedaan generasi antara atasan dengan bawahan.
Yang kedua berkaitan dengan program kerja. Dalam organisasi,
program kerja harus disusun secara jelas baik kegiatan jangka pendek ataupun kegiatan
jangka panjang. Hal ini agar tidak terjadi kekosongan pada tiap periode waktu
kegiatan. Tidak hanya memusatkan kegiatan di lapangan, tetapi kegiatan internal
perlu dilakukan secara berkala agar tiap masing-masing pengurus mengetahui
progress dari organisasi yang digelutinya. Kunci dari kasus permasalahan ini
adalah komunikasi yang baik antar pengurus agar tiap individu jelas serta paham
dengan tugas yang harus dikerjakannya dan jangan sampai terjadi pen-double-an
tugas per individu karena itu kurang bijaksana. Tiap individu wajib melakukan
tanggung jawabnya masing-masing.
Yang ketiga berhubungan dengan manajemen keuangan. Dana merupakan
jantung dari jalannya kegiatan operasional suatu organisasi. Berbicara soal
uang memanglah sangat sensitive, maka dari awal perlu dipilih orang yang memiliki
jiwa kejujuran yang tinggi. Ia harus mampu memberikan laporan yang jelas serta
valid tentang laporan keuangan baik dari uang yang masuk, uang yang keluar,
kas, dana dari para donatur, serta harta lainnya yang tidak berbentuk uang
(misalnya: baju layak pakai, buku bekas, sembako, dll)
Terkahir, factor ini tidak datang dari factor internal
sebuah organisasi, tetapi eksternal. Apa itu? Ya…pencintraan. Ada saja oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab dengan ikut serta dalam kegiatan pelayanan social ini
hanya agar dinilai sebagai orang yang dermawan. Bagi saya, orang-orang yang seperti
ini tidak lebih dari orang-orang picik yang tidak memiliki hati karena mengharapkan
keuntungan dari apa yang sudah dilakukannya.
Pada intinya, baik itu factor internal atau factor eksternal,
lakukanlah semua tugas-tugas tersebut dengan hati karena itu semua merupakan sebuah amanah serta
panggilan hati yang Tuhan titipkan kepada kita untuk membantu sesama. Lakukanlah
semua dengan ikhlas dan jangan mengharapkan imbalan apapun. Tiada hal yang
lebih indah selain dari pada saling berbagi.
“Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.” – MATIUS 6:3
widih.. mantep gan blognya :D
ReplyDeleteizin liat2 ya gan.. hehehe :p